Sabtu, 26 Januari 2013

Makalah Sifat-Sifat Kurikulum PAI dan Pendekatan Pembelajaran Kur. PAI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menetukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pembelajaran dan alat evaluasi,
Maka dari itu dengan memahami kurikulum khususnya kurikulum PAI kita sebagai seorang guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum PAI


B.     Rumusan Masalah
Berdasarakan Latar Belakang Maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana sifat-sifat kurikulum PAI ?
2.      Apa yang dimaksud Pendekatan ?
3.      Jelaskan Pendekatan-pendekatan pembelajaran Kurikulum PAI ?


BAB II
PEMBAHASAN



A.    Sifat – sifat Kurikulum PAI

Kurikulum pai mempunyai sifat-sifat atau karakteristik yang membedakan dengan kurikulum lain, hal tersebut tercermin dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang ciri-ciri tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      Kurikulum PAI mempunyai dua sisi muatan
Dua sisi muatan dalam kurikulum PAI yang dimaksud adalah: (a) sisi muatan keagamaan berisi wahyu Ilahi dan sunah Rasul yang bersifat mutlak dan berada di luar jangkauan akal dan indera manusia (beyond of human’s mind and instinct).  Wahyu Allah swt dan sunah Rasul saw berfungsi memberikan petunjuk kepada manusia dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Dan cara-cara mengadakan hubungan antar sesama makhluk Allah lainnya dan lingkungan hidupnya. (b) sisi muatan pengetahuan yang berisi  hal-hal yang dapat di usahakan manusia dalam bentuk pengalaman factual maupun pengalaman berfikir. Pengetahuan yang dimaksud ada kemungkinan hasil analisis dari wahyu ilahi atau sunah Rasul (tafsir) atau mungkin pula hasil analisis dari lingkungan alam sekitarnya.
Peranan kurikulum PAI dalam hal ini ialah mengupayakan agar kedua muatan diatas dapat lebih dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Kurikulum PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat
Kurikulum PAI mempunyai garis yang jelas dan tegas (qath’I dan mutlak), jika dalam ajaran islam sesuatu tersebut ditetapkan sebagai wajib, maka semua umat islam berkewajiban untuk melaksanakannya, demikian pula sebaliknya, jika dalam ajaran islam menegaskan bahwa sesuatu itu haram dan harus ditinggalkan, maka semua kaum muslimin wajib meninggalkannya. Bagi orang yang melanggar kewajiban dan larangan yang telah digariskan dalam islam konsekwensinya ia akan mendapat sanksinya tidak didunia diakhirat sudah pasti.
Berbeda dengan kurikulum umum, ia bersifat netral atau moderat artinya tidak memihak, dengan demikiaan kurikulum tersebut diberikan kepada siswa terserah mereka, apakah pengetahuan yang diperolehnya mau diamalkan atau tidak hal ini didasarkan kepada untung dan rugi dan pertimbangan pribadi yang bersangkutan.

3.      Kurikulum PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia
Ajaran islam yang bersumber wahyu ilahi sangat menekankan kepada umatnya agar mereka mempunyai akhlak yang mulia. Kriteria untuk menentukan apakah akhlak seseorang itu terpuji atau tercela ialah kriteria yang terdapat didalam ayat-ayat Al-Quran dan sunah Rasul. Kriteria dari dua sumber tersebut bersifat pasti dan permanen dan tidak berubah-ubah sampai kapanpun. Sementara kurikulum umum lebih bersifat atas pertimbangan akal pikiran.

4.      Kurikulum PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa
Agama bagi seseorang dalam tingkatan status apapun, baik ia orang kaya, atau orang miskin, pejabat atau rakyat jelata, pada saat bagaimanapun saat gembira atau sedih, sehat atau sakit. Pengetahuan agama ini tetap aktual dan fungsional, terpakai dalam seluruh aspek kehidupan. Tidak ada satu ajaran yang sekomplit dan selengkap ajaran islam, yaitu seorang muslim diatur oleh islam sejak dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, dari hal-hal yang kecil masuk ke WC sampai kepada menjadi dan mengelola negara semua diatur dalam islam. Aturan-aturan tersebut 14 abad yang silam sampai sekarang dan yang akan datang akan tetap uptodate dan fungsional. Ajaran islam yang terkandung dalam kurikulum PAI berfungsi untuk memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Berbeda kurikulum pengetahuan lain yang bersifat nisbi dan relatif berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi tertentu. Tidak jarang kita menemukan teori-teori yang dianggap hebat dan menggemparkan dunia namun belakangan ini teori-teori tersebut tertolak. Bahkan ada sesuatu yang dianggap buruk pada masa lalu dianggap masalah biasa atau baik sekarang, atau sebaliknya.

5.      Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah
Peserta didik yang tinggal dirumah bersama-sama dengan keluarganya sebenarnya secara langsung atau tidak langsung. Mereka sudah terisi pengetahuan agamanya, apa yang telah dimiliki peserta didik harus menjadi perhatian guru. Pengajaran kurikulum PAI  disekolah berfungsi mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik agar lebih berkembang secara optimal dan meluruskan pengetahuan peserta didik yang kurang tepat. Dengan demikian pengajaran agama di sekolah tidak memulai dari nol sama sekali. Tetapi karena peserta didik datangnya dari macam-macam keluarga yang pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan agama bervariasi, maka guru harus dapat menyamakan persepsi mereka terlebih dahulu.

B.     Pendekatan – Pendekatan Pembelajaran Kurikulum PAI
Pendekatan merupakan terjemahan dari kata “approach” dalam bahasa Inggris diartikan dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan) dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu.
H.M. Chabib Taha, mendefinisikan pendekatan adalah cara pemprosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.
Lawson dalam konteks belajar, mendefinisikan pendekatan adalah segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan keefisienan dalam proses pembelajaran materi tertentu.
Pendekatan merupakan cara pandang dan tindakan nyata yang dilakukan untuk memecahkan masalah belajar dan cara siswa belajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Pendekatan apapun yang digunakan dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan peran kepada siswa sebagai pusat perhatian dan kegiatan pembelajaran.
Tugas dan peran guru dalam pembentukan pola kegiatan pembelajaran dikelas bukan ditentukan oleh “apa yang akan dipelajari” siswa, melainkan “siswa bisa apa” setelah kegiatan pembelajaran. Karena itu, persoalannya adalah “kemampuan apa yang dimiliki siswa” dan “bagaimana merekayasa, menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”.
Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif dan efektif terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan yang diciptakan dalam kegiatan pembelajaran, baik sebagai sumber belajar yang direncanakan maupun tidak. Pendidikan islam, kendati pun dalam konteks ke-Indonesiaan merupakan sub-sistem, misi dan perannya tidak jauh berbeda dengan peran pendidikan nasional. Untuk menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien, suatu sistem pendidikan harus sehat dan terus bergerak sesuai dengan gerak perubahan masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. 
Menurut Tolkhah, ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran agama Islam, diantaranya: pertama, pendekatan psikologis, pendekatan ini perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek rasional/intelektual, aspek emosional dan aspek ingatan.
Aspek rasional mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit maupun di bumi. Aspek emosional mendorong manusia merasakan adanya kekuasaan tertinggi yang ghaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek ingatan dan keinginan manusia didorong untuk difungsikan kedalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang diturunkan-Nya. Seluruh aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedua, pendekatan sosio- cultural, suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Dalam Pelaksanaan pembelajaran PAI digunakan berbagai pendekatan. Hal ini tergantung kepada berbagai hal. Seperti; Jenjang Pendidikan, tujuan, sifat materi, dan lingkungan pendidikan anak. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran kurikulum PAI adalah sebagai berikut:

1.      Pendekatan Pengalaman

Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang baik. Pengalaman merupakan guru tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga, belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.[1] Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik jika pendidik tidak membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan akan tetapi ia menyelewengkan peserta didik dari tujuan itu, misalnya mengajar anak menjadi pencuri. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinyu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan juga sesamanya. Pepatah Arab mengatakan : “Ilmu tanpa diiringi dengan amal (pengalaman) bagaikan pohon tanpa buah”. Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya pengalaman bagi perkembangan jiwa peserta didik sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai suatu pendekatan.

2.      Pendekatan Pembiasaan

Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa difikirkan lagi.[2] Dalam hal ini guru menganjurkan kepada peserta didik agara selalu membiasakan kebiasaan-kebiasaan agama dalam kehidupan sehari-hari, misalnya : peserta didik dibiasakan mengucap salam kepada sesama muslim ketika mereka saling bertemu. Guru juga menganjurkan agar peserta didik melakukan amalan-amalan keagamaan yang harus mereka biasakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Guru juga harus bisa memberikan contoh kepada peserta didik agar pembiasaan ini bisa mereka laksanakan.

3.      Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri sesorang. Emosi berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan. Justru itulah pendekatan emosional dijadikan salah satu pendekatan dalam pendidikan Islam. Pendekatan emosional ini salah satu bentuk upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

4.      Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan akal, dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Pendekatan rasional ini suatu usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi. Usaha maksimal bagi guru dalam pendekatan rasioanal adalah dengan memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama.

5.      Pendekatan fungsional

Pengertian fungsional ialah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Ilmu agama yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu maupn dalam kehidupan sosial. Dengan agama anak-anak dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian, dengan pendekatan fungsional berarti anak dapat memanfaatkan ajaran dalam kehidupan sehari-hari, baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat.





6.      Pendekatan Keteladanan

Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lainyangmencerminkan akhlak terpuji, maupaun yang melalui suguhanilustrasi kisah-kisah teladan.[3] Dalam hal ini guru menjadi teladan bagi peserti didik.

7.      Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak beberapa proses pendekatan.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan sifat-sifat kurikulum PAI adalah sebagai berikut :
1.      Kurikulum PAI mempunyai dua sisi muatan.
2.      Kurikulum PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat.
3.      Kurikulum PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia.
4.      Kurikulum PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa.
5.      Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah.

Adapun pendekatan-pendekatan pembelajaran kurikulum PAI adalah sebagai Berikut :
1.      Pendekatan Pengalaman
2.      Pendekatan Pembiasaan
3.      Pendekatan Emosional
4.      Pendekatan Rasional
5.      Pendekatan Fungsional
6.      Pendekatan Keteladanan
7.      Pendekatan Terpadu

  
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful dkk, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997
Nashih Ulwan, Abdullah. Pedoman Pendidikan anak dalam islam. Bandung: Asy-Syifa. 1981
Nasution, kurikulum dan pengajaran. Bandung: PT Bumi aksara,1989
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008
Ramayulis, Pengantar Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 1984



[1] Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia. 1994) h. 184
[2] Syaifu Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997). H. 70
[3] Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan anak dalam islam. (Bandung: Asy-Syifa. 1981) h. 4

1 komentar: